Rabu, 03 November 2010

Tak Perlu Lagi Canggung Bicara Seks


Orangtua seringkali mengalami hambatan membicarakan seks kepada anak. Padahal, edukasi seks penting diberikan sejak dini. Alasan kekhawatiran bahwa anak menjadi tertarik dengan seks, lantas mengalahkan manfaat edukasi seks.

Psikolog Sani B. Hermawan, Psi, menjelaskan edukasi seks perlu dipahami sebagai upaya orangtua memberikan penyadaran dan informasi kepada anak tentang seksualitas. Edukasi seks juga diberikan dengan menanamkan moral, etika, komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan. Edukasi seks adalah juga cikal-bakal pendidikan berkeluarga.

"Jika edukasi seks di Amerika sudah fokus pada tahapan bagaimana seks yang aman, Indonesia masih malu-malu membicarakan seks. Tetapi, hal ini bisa menjadi gunung es. Bahkan survei YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) menunjukkan 99 persen pelajar SMA melakukan hubungan seks pranikah," papar Sani dalam media workshop di Jakarta, Kamis (22/7/2010) lalu.
Hambatan apa yang dialami orangtua untuk berdialog terbuka seputar seks?
Sani menyebutkan, orangtua sungkan berbicara seksualitas karena masih menganggapnya tabu. Ketidaktahuan orangtua untuk memulai diskusi menjadi persoalan lainnya. Karenanya sebaiknya orangtua mulai membekali dirinya untuk menambah wawasan seputar parenting dan edukasi seks (baca artikel 7 Sikap Menjawab Pertanyaan Anak Seputar Seks). 

Bahkan tak sedikit orangtua yang belum paham betul manfaat edukasi seks, bagi anak dan kehidupan berkeluarga di masa mendatang.
"Dengan berlandaskan kepada moral, etika, dan agama, edukasi seks bisa menjadi pencegahan dari berbagai penyalahgunaan," imbuh Sani.
Orangtua perlu memahami realitas dalam masyarakat untuk bisa memahami pentingnya edukasi seks. Dengan memberikan edukasi seks sejak dini, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, bisa menjadi tempat aman bagi anak, dan menjadi sumber kekuatan anak agar terhindar dari realitas yang mengkhawatirkan.
Sani menyebutkan sejumlah fakta yang ingin membukakan mata, betapa pendidikan seks penting bagi orangtua dan anak.

"Arus informasi semakin terbuka, dan anak mengaksesnya. Kasus pelecehan seksual semakin tinggi, begitupun hubungan seks pranikah. Penularan virus HIV dan penyakit menular seksual semakin mengkhawatirkan. Belum lagi anak putus sekolah karena hamil," Sani menyebutkan sederet fakta dampak minimnya pemahaman seks.
Fakta tersebut sebenarnya bisa dihindari jika komunikasi dua arah dan dialog terbuka antara orangtua dan anak terjalin sejak dini.


Sumber : Kompas.com - Penulis: WAF
Foto : SHUTTERSTOCK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar