Sabtu, 26 Februari 2011

Kembangkan Sikap Kritis di Restoran


ANDA yang mengaku pencinta kuliner sudah saatnya untuk semakin kritis terhadap makanan yang dikonsumsi di restoran.Dengan begitu,Anda bisa memiliki kemampuan untuk memilih menu yang menguntungkan bagi kesehatan.

Konsumen restoran di sejumlah negara di dunia,khususnya Asia Tenggara, dewasa ini sudah semakin menyadari pentingnya mengetahui isi dalam makanan mereka. Hasil riset yang dilakukan oleh Unilever Food Solutions (UFS) belum lama ini menunjukkan hal itu. Konsumen kini kian kritis bertanya tentang tiga hal kepada operator restoran ataupun kantin.Pertanyaan meliputi soal bahan yang terdapat dalam makanan yang mereka santap, bagaimana makanan itu dipersiapkan, dan kandungan nutrisi dalam sajian tersebut.

Penemuan yang tertuang dalam World Menu Report itu menyebutkan, sembilan dari sepuluh konsumen ingin tahu lebih banyak tentang apa yang mereka konsumsi. Dengan kata lain, mereka menginginkan transparansi dalam tiga hal yang sudah disebutkan di atas. UFS melakukan penelitian itu di tujuh negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, China, Jerman, Rusia, Brasil,dan Turki.“Negara-negara tersebut sudah merepresentasikan dunia dan sangat relevan dengan kondisi di Asia Tenggara.

Konsumen bisa semakin punya pilihan setelah mendapatkan informasi mengenai apa yang terkandung di dalam makanan mereka,” kata Managing Director Unilever Food Solutions Indonesia Adam Djokovic di Jakarta,Kamis (24/2). Kecenderungan untuk banyak bertanya juga mulai ditunjukkan oleh konsumen restoran di Indonesia, meski mungkin lingkupnya masih terbatas pada kalangan menengah atas yang “melek” pengetahuan.

Pertanyaan umum di tempat makan seperti “menu apa yang paling enak di sini dan berapa harganya”, sebaiknya mulai diubah menjadi pertanyaan kritis yang mencakup tiga hal yang telah disebutkan sebelumnya. Menurut Nutrition Specialist InterMED Health Care & Beauty Clinic Diana Suganda, memang cara satu-satunya untuk mendapatkan informasi yang konsumen butuhkan adalah bertanya kepada operator restoran. ”Mungkin kita akan dibilang bawel,tapi tidak apaapa.

Yang penting kalau sudah mendapatkan informasi yang jelas, kita bisa memilih makanan, tentu saja yang lebih sehat” ujar Diana. Berdasarkan pengalamannya, Diana menyebutkan bahwa orang yang peduli pada kesehatan dan memiliki tingkat pengetahuan memadai selalu ingin tahu kandungan serta takaran gizi dalam makanan mereka.“Pertanyaan mereka lebih detail dan nyecer. Mereka ingin tahu ‘apa sih yang masuk ke badan saya’?”ungkap Diana.

Lantas, bisakah nilai nutrisi yang sesuai anjuran kesehatan ditakar pada saat kita makan di luar rumah? Menurut Diana, bisa saja hal itu dilakukan bila pihak restoran dan juru masak mau bersikap transparan serta bersedia memberikan informasi sebanyak yang konsumen mau. Atau, konsumen boleh meminta pihak restoran untuk mengolah menu yang sesuai dengan keinginannya.

Mungkin bisa dikurangi kadar garam,gula, ataupun kalorinya. “Ada lho restoran di Papua yang tidak hanya menjelaskan isi dalam makanan tertentu, tapi juga kandungan gizinya. Cara ini mungkin yang harus dikembangkan di banyak restoran yang lain,” kata Diana.
           
 Sumber : Koran Sindo (oleh titi s apridwaty)
foto : seffia.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar